Senin, 30 Agustus 2010

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI – ABG PADA TANAMAN JAGUNG

1. Persiapan dan pengolahan lahan.
Pengolahan lahan dengan ditraktor atau dicangkul, seperti yang biasa dilakukan, hingga lahan siap tanam. Pada tanah dengan kandungan bahan organik rendah (tidak subur), berikan pupuk organik sebagai pupuk dasar, yaitu campurkan 100 kg ABG-Bios dengan 1 ton pupuk kandang, kemudian sebarkan dalam larikan tanam sekitar (1–7) hari sebelum tanam.

2. Seleksi benih dan penanaman.
a. Seleksi benih. Untuk mendapatkan benih yang bermutu, gunakan benih jagung (hybrida), atau benih lokal yang bersertifikat.
b. Penanaman. Benih ditanam (1–2) benih/lubang, dengan jarak (70x25) cm atau (80x30) cm (jarak antar barisan 70 cm atau 80 cm, dan jarak antar tanaman dalam barisan 25 cm atau 30 cm) dengan kedalaman 2 cm.

3. Pemupukan.
a. Pupuk dasar. Untuk lahan seluas 1 ha, berikan campuran (100-200) kg ABG-Bios + 100 kg Urea + 25 kg SP-36 + 25 kg KCl dan (1-2) bungkus ABG-BIO. Untuk meningkatkan efektivitas, inokulan ABG-BIO diaktifkan terlebih dahulu, dengan cara mencampurkan (1–2) bungkus ABG-BIO dengan (20-25) kg pupuk kandang + 1 kg dedak, kemudian tambahkan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2–3) hari. Kemudian campurkan dengan pupuk tersebut di atas, menjelang aplikasi. Pemupukan dilakukan (7–10) HST, pupuk disebar di sekeliling tanaman, atau di berikan dalam lubang tugal pada radius (5–10) cm dari tanaman, dan selanjutnya di lakukan pembumbunan.
b. Pupuk susulan. Berikan campuran 100 kg ABG-Bios + 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl. Pemupukan dilakukan setelah penyiangan ke-dua, yaitu sekitar (30-35) HST. Pupuk diberikan di sekeliling tanaman/larikan, kemudian dilakukan pembumbunan.
c. Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dilakukan pada (10–14) HST, (20-25) HST dengan konsentrasi (1-2) cc/liter air, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Untuk memacu pembentukan bulir dan biji jagung, gunakan ABG-B, dengan konsentrasi (1-2) cc/liter air, diberikan pada 35 HST, 45 HST dan 55 HST

4. Pemeliharaan.
Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
• Penggunaan pestisida disesuaikan dengan jenis organisme penggangu tanaman.
• Penggunaan ABG-BIO pada pupuk dasar akan meningkatkan ketersediaan hara, kesehatan tanaman, dan menekan perkembangan penyakit tular tanah melalui mekanisme induced resistance.

5. Panen.
• Umur panen adalah (86-96) HST.
• Untuk jagung muda (baby corn), dipanen sebelum bijinya terisi penuh.
• Untuk jagung bakar, dan jagung rebus, dipanen ketika matang susu.
• Untuk beras jagung, tepung dan pakan ternak, dipanen jika sudah matang fisiologis.
• Lakukan penyortiran dan penggolongan, untuk menghindari serangan jamur dan hama, selama dalam penyimpanan dan meningkatkan kualitas panen.

Jumat, 27 Agustus 2010

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI PADI-ABG (TP2 PADI- ABG) BERBASIS ORGANIK

Fokus perhatian pemerintah dan masyarakat untuk menaikkan produksi padi semakin meningkat. Berbagai teknologi intensifikasi padi yang bertumpu pada penggunaan pupuk anorganik dan pestisida terus dikembangkan. Upaya tersebut mampu meningkatkan produksi, tetapi kenaikan hasil tersebut semakin kecil.
Keragaan produktivitas padi saat ini di Indonesia berkisar 3 - 8 ton per hektar. Bahkan di daerah tertentu, pencapaian 5 ton saja merupakan hal yang mustahil. Akibatnya upaya untuk membangun kemandirian pangan akan semakin sulit. Oleh karena itu, perlu dilakukan terobosan teknologi yang mampu menaikkan hasil padi secara spektakuler (Amazing Bio Growth) dengan produktivitas 8 – 15 ton/ha.
Teknologi andalan yang sudah terbukti mampu mancapai hasil tersebut di atas adalah dengan menggunakan Teknologi Peningkatan Produksi Padi (TP2 Padi)-ABG berbasis Organik.
TP2 Padi-ABG merupakan solusi yang tepat dan bertumpu pada pemanfaatkan dan pengelolaan kekuatan sumber daya tanah (soil biologal power) secara terpadu untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi yang ramah lingkungan. Keunggulan utama TPPP-ABG adalah
• Hemat air
• Hemat pupuk anorganik (sekitar 50%)
• Hemat bibit (sekitar 70%)
• Hemat pestsida
• Produktivitas Tinggi (8 – 15 ton/ha) dan panen lebih awal sekitar 5 – 10 hari
• Penerapan yang mudah oleh petani

Keberhasilan dalam program TP2 Padi ABG sangat bergantung pada:
1. Pengolahan lahan
2. Pemilihan benih (seleksi benih) dan penaman bibit yang muda (8 – 15 hari)
3. Teknik penanaman dan pengaturan Jarak Tanam
4. Pengaturan air (sistem irigasi)
5. Pemeliharaan & perawatan
6. Pemupukan

Penerapatan TP2 Padi ABG yang baik dan benar, akan meningkatkan produksi padi mencapai 8 – 15 ton / ha. Target pencapaian program TP2 Padi ABG di lapang pada tingkat petani adalah :
1. Anakan lebih banyak dan sehat (60 – 80 anakan/rumpun)
2. Anakan bermalai lebih banyak (50-70 batang / rumpun)
3. Malai lebih panjang (30 - 35 cm / batang)
4. Jumlah bulir /malai lebih banyak (200-300 butir / batang)
5. Bulir hampa berkurang (< 10%)
6. Hasil akhir meningkat (8-15 ton / hektar)

PENGOLAHAN LAHAN (PEMANFAATAN JERAMI DILAHAN)
Pengolahan lahan dilakukan sekitar 15 hari sebelum tanam
Kebutuhan bahan per 1 hektar sawah :
1. ABG-Bio 160 gram (2 kotak)
2. ABG-Degra 200 gram (2 kotak)
3. ABG-Bios 3 kg
4. Dedak 5 kg
- Larutkan ABG-BIO dan ABG-Degra dalam 50-100 L air, tambahkan dedak dan ABG-BIOS.
- Aduk hingga merata, Biarkan sekitar 2–4 jam.
- Selanjutnya siramkan pada hamparan jerami atau tunggul jerami dengan emrat atau salurkan melalui air irigasi.
- Lahan diolah seperti biasa (traktor atau manual) setelah lahan digenangi air dengan ketinggian sekitar 1-2 cm
- Buat saluran air masing-masing berjarak 3 meter. Saluran air dibuat dengan ukuran lebar 30 cm, dan kedalaman 30 cm.

SELEKSI BENIH
Untuk mendapatkan benih bermutu, lakukan seleksi benih dengan menggunakan larutan garam. Seleksi benih dilakukan sehari sebelum persemaian, atau sekitar 13 hari sebelum tanam.
Kebutuhan bahan per 1 hektar sawah :
1. Benih 7-10 kg
2. Garam secukupnya
Kegiatan :
- Larutkan garam dalam seember air.
Untuk menentukan jumlah garam, masukkan sebutir telur (ayam/itik) kedalam larutan garam. Jika telurnya timbul, maka takaran (jumlah) garam sudah cukup. Air garam siap untuk seleksi benih.
- Masukkan benih dalam larutan tersebut, lalu diaduk
- Benih yang timbul (mengambang) dipisahkan
- Benih yang tenggelam adalah benih yang baik dan untuk disemai
- Benih terpilih (yang tenggelam) di bilas dengan air bersih dan di angin anginkan 1 hari.

PERSEMAIAN
Persemaian dilakukan sekitar 12 hari sebelum tanam.
Kebutuhan bahan :
- ABG-Bios 100-200 gram / M2
Kegiatan :
- Buat bedengan pada lahan dengan ketinggian 10-20 cm dan lebar 2 meter.
- 1-3 hari sebelum penebaran benih, Sebar ABG-BIOS pada permukaan bedengan secara merata.
- Untuk mempermudah transplanting, benih sebaiknya ditebar dalam larikan sedalam 1 cm dan jarak antar larikan sekitar 3 – 5 cm.

PENANAMAN
- Untuk memacu pertumbuhan dan menghindari stress, gunakan bibit atau semai yang berumur sekitar 8–15 hari (yang terbaik yang berumur 12 hari).
- Setiap lubang tanam cukup ditanam 1-2 batang bibit
- Penanaman dilakukan dengan kedalaman sekitar 1 cm, dan akar dengan batang semai membentuk huruf L.
- Jarak tanam yang dianjurkan adalah 30 cm X 30 cm.
- Setelah penanaman, lakukan penggenangan dengan ketinggian air 1–2 cm sekitar 2 jam ( maksimum 1 hari ).
- Selanjutnya buang air, dan pertahankan tanah dalam kondisi lembab.Pertahankan lahan dalam kondisi lembab (Jangan kering & Jangan terendam air)

PEMUPUKAN
1. Pupuk Dasar (Sebelum pencaplakan).
Kebutuhan bahan per 1 hektar sawah :
1. ABG-Bios 300 kg
2. Urea 100 kg
3. SP-36 50 kg
4. KCL 50 kg
Sebarkan secara merata, campuran ABG-Bios, Urea, SP-36 dan KCl pada petakan lahan yang telah siap tanam.

2. Pupuk Susulan
a. 15 HST (ABG-Daun)
Semprotkan ABG-D dengan konsentrasi 2-3cc per liter air
b. 25 HST (ABG-Daun)
Semprotkan ABG-D dengan konsentrasi 2-3cc per liter air
c. 35 HST
Kebutuhan bahan per 1 hektar sawah :
1. ABG-Bios 100 kg
2. Urea 100 kg
3. SP-36 25-50 kg
4. KCL 50-100 kg
5. ABG-D 2-3 cc / Liter air
- Tebarkan campuran ABG-BIOS dengan Urea, SP-36 dan KCl
- Penebaran dilakukan pada saat lahan retak-retak.
- Semprokan larutan ABG-D pada daun
- Setelah pemupukan lakukan penggenangan dengan ketinggian air 1–2 cm selama 1 – 2 jam.
d. 45 HST
Semprotkan ABG-B dengan konsentrasi 2-3cc per liter air
e. 55 HST
Semprotkan ABG-B dengan konsentrasi 2-3cc per liter air
f. 65 HST
Semprotkan ABG-B dengan konsentrasi 2-3cc per liter air


PENGATURAN AIR (SISTEM IRIGASI)
Keberhasilan TP2 Padi-ABG juga sangat tergantung pada pengaturan tata air dan udara. Hal ini untuk membangkitkan kekuatan biologis tanah dan pada pemanfaatan potensi tanaman padi.
- Setelah penanaman, genangi lahan dengan air 1 - 2 cm selama 1 – 2 jam (maksimum 1 hari) Kemudian buang airnya. Pertahankan lahan dalam kondisi lembab.
- Setelah tanah retak-retak ( 1 – 2 cm), lakukan penggenangan kembali hingga 1 – 2 cm selama 1 – 2 jam (maksimum 1 hari). Kemudian buang airnya dan pertahankan lahan dalam kondisi lembab. Proses ini di ulang hingga tanaman berbunga.
- Saat berbunga, lakukan penggenangan dengan ketinggian air 1 – 2 cm hingga padi masak susu.
- Setelah masak susu (sekitar 20 - 25 hari menjelang panen), lakukan pengeringan lahan

PEMELIHARAAN / PERAWATAN
Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
a. Untuk mengendalikan gulma lakukan penyiangan pada 10 HST, 20 HST dan 30 HST. Bila tenaga kerja sulit, dianjurkan menggunakan herbisida selektif (pratumbuh dan pasca tumbuh).
b. Sedangkan untuk mengendalikan OPT, lakukanlah penyemprotan dengan pestisida (dilakukan hanya bila diperlukan)

Rabu, 04 Agustus 2010

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI – ABG TANAMAN JAGUNG

1. Persiapan dan pengolahan lahan.
Pengolahan lahan dengan ditraktor atau dicangkul, seperti yang biasa dilakukan, hingga lahan siap tanam. Pada tanah dengan kandungan bahan organik rendah (tidak subur), berikan pupuk organik sebagai pupuk dasar, yaitu campurkan 100 kg ABG-Bios dengan 1 ton pupuk kandang, kemudian sebarkan dalam larikan tanam sekitar (1–7) hari sebelum tanam.

2. Seleksi benih dan penanaman.
a. Seleksi benih. Untuk mendapatkan benih yang bermutu, gunakan benih jagung (hybrida), atau benih lokal yang bersertifikat.
b. Penanaman. Benih ditanam (1–2) benih/lubang, dengan jarak (70x25) cm atau (80x30) cm (jarak antar barisan 70 cm atau 80 cm, dan jarak antar tanaman dalam barisan 25 cm atau 30 cm) dengan kedalaman 2 cm.

3. Pemupukan.
a. Pupuk dasar. Untuk lahan seluas 1 ha, berikan campuran (100-200) kg ABG-Bios + 100 kg Urea + 25 kg SP-36 + 25 kg KCl dan (1-2) bungkus ABG-BIO. Untuk meningkatkan efektivitas, inokulan ABG-BIO diaktifkan terlebih dahulu, dengan cara mencampurkan (1–2) bungkus ABG-BIO dengan (20-25) kg pupuk kandang + 1 kg dedak, kemudian tambahkan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2–3) hari. Kemudian campurkan dengan pupuk tersebut di atas, menjelang aplikasi. Pemupukan dilakukan (7–10) HST, pupuk disebar di sekeliling tanaman, atau di berikan dalam lubang tugal pada radius (5–10) cm dari tanaman, dan selanjutnya di lakukan pembumbunan.
b. Pupuk susulan. Berikan campuran 100 kg ABG-Bios + 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl. Pemupukan dilakukan setelah penyiangan ke-dua, yaitu sekitar (30-35) HST. Pupuk diberikan di sekeliling tanaman/larikan, kemudian dilakukan pembumbunan.
c. Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dilakukan pada (10–14) HST, (20-25) HST dengan konsentrasi (1-2) cc/liter air, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Untuk memacu pembentukan bulir dan biji jagung, gunakan ABG-B, dengan konsentrasi (1-2) cc/liter air, diberikan pada 35 HST, 45 HST dan 55 HST

4. Pemeliharaan.
Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
• Penggunaan pestisida disesuaikan dengan jenis organisme penggangu tanaman.
• Penggunaan ABG-BIO pada pupuk dasar akan meningkatkan ketersediaan hara, kesehatan tanaman, dan menekan perkembangan penyakit tular tanah melalui mekanisme induced resistance.

5. Panen.
• Umur panen adalah (86-96) HST.
• Untuk jagung muda (baby corn), dipanen sebelum bijinya terisi penuh.
• Untuk jagung bakar, dan jagung rebus, dipanen ketika matang susu.
• Untuk beras jagung, tepung dan pakan ternak, dipanen jika sudah matang fisiologis.
• Lakukan penyortiran dan penggolongan, untuk menghindari serangan jamur dan hama, selama dalam penyimpanan dan meningkatkan kualitas panen.

Selasa, 03 Agustus 2010

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI - ABG CABAI

1. Persiapan dan pengolahan lahan.
Lakukan pengolahan lahan dengan membersihkan dari sisa-sisa akar atau rumput-rumputan dengan cara dicangkul atau ditraktor, seperti yang biasa dilakukan, hingga lahan siap tanam, dengan menggunakan jarak tanam 70 cm x 60 cm (jarak antar barisan 70 cm, dan jarak antar lubang dalam barisan 60cm) pola zig - zag. Selanjutnya dibuat bedengan dengan lebar 120 cm, panjang (6-12) m, dan saluran air selebar 30 cm dan dalam 30 cm. Untuk mengurangi serangan penyakit dan menekan pertumbuhan gulma dianjurkan menggunakan mulsa (penutup tanah) plastik atau jerami. Pemasangan mulsa dilakukan setelah pemberian pupuk dasar.

2. Persemaian dan penanaman.
Sebelum penanaman, benih disemaikan terlebih dahulu dalam polybag ukuran (4x6) cm, atau contong daun pisang (kokeran) dengan media tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 3:1. Untuk mencegah terjadinya penyakit rebah semai (dumping off), layu bakteri dan untuk meningkatkan ketahanan bibit terhadap serangan penyakit tular tanah (penyakit layu), gunakanlah campuran (1-2) bungkus ABG-BIO + (20–25) kg media persemaian di atas (campuran tanah dengan pupuk kandang). Kemudian siram dengan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2-3) hari, baru dipakai. ABG-BIO dapat juga diberikan dalam bentuk larutan, yaitu larutkan 1 bungkus ABG-BIO + 0,5 kg dedak + 2 tutup ABG-B, dalam (5-10) liter air, aduk secara merata dan biarkan selama (2-4) jam, kemudian siramkan pada media persemaian sekitar (1–2) hari sebelum penyemaian. Setelah bibit berumur sekitar (21-30) hari dapat dilakukan pindah tanam. Penanaman menggunakan (1-2) bibit/lubang tanam.

3. Pemupukan.
3.1. Budidaya dengan menggunakan mulsa.
a. Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (2–5) ton pupuk kandang + 200 kg ABG-Bios + (20-25) kg campuran media semai dan ABG-BIO hasil pengaktifan (seperti tersebut di atas) + (100–150) kg Urea + (100–150) kg SP-36 + (50–100) kg KCl. Pupuk disebar merata pada bedengan (diaduk) atau diberikan dalam larikan tanam dengan kedalaman 5 cm. Aplikasi ABG-BIO dapat juga dilakukan dalam bentuk larutan, yaitu larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + (1–2) kg dedak + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-D, dalam (50-100) liter air, aduk secara merata dan biarkan selama (2–4) jam, kemudian siramkan pada bedengan dengan emrat secara merata. Selanjutnya dilakukan penutupan dengan mulsa plastik dan pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam di atas. Penanaman dilakukan (1–3) hari setelah pemasangan mulsa.
a. Pupuk susulan. Pupuk susulan sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan, yaitu dengan melarutkan pupuk Urea, SP-36 (harus ditumbuk dulu), dan KCl, atau pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + pupuk organik ABG-Bios. Pemberian dilakukan dengan sistem cor mulai 30 HST, yaitu larutkan 1 kg Urea + 1 kg SP-36 + 1 kg KCl, atau gunakan 2 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-B, dalam 100 liter air (aduk secara merata). Lalu siramkan sekitar 200 cc/tanaman (satu gelas aqua) pada perakaran tanaman, setiap interval (7–10) hari.
c. Pupuk ABG. Lakukan penyemprotan dengan ABG-B, dengan konsentrasi (2–3) cc/liter air, pada 20 HST, 30 HST, 40 HST, 50 HST dan 60 HST. Untuk mencegah penyakit layu dan mengurangi serangan penyakit lainnya, berikan (1–2) bungkus ABG-BIO + (5–10) tutup ABG-B, dalam (50–100) liter air, aduk secara merata dan biarkan sekitar (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman, pada perakaran tanaman setiap 2 minggu.

3.2. Budidaya konvensional (tanpa mulsa).
a. Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (2–5) ton pupuk kandang + (20-25) kg campuran media semai dan ABG-BIO hasil pengaktifan (seperti tersebut di atas). Pupuk tersebut disebar merata pada bedengan atau diberikan dalam lubang tanam (1–5) hari sebelum tanam. Aplikasi ABG-BIO dapat dilakukan dalam bentuk larutan, yaitu larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + (1–2) kg dedak + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-D, dalam (50-100) liter air, setelah diaduk merata, biarkan (2–4) jam, kemudian siramkan pada bedengan dengan emrat secara merata. Setelah penanaman berikan campuran 150 kg ABG-Bios + (100–150) kg Urea + (100–150) kg SP-36 + (50–100) kg KCl. Pupuk diberikan setelah tanam, dalam lubang tugal sedalam 5 cm pada radius10 cm dari tanaman.
b. Pupuk susulan. Sebagai pupuk susulan gunakan campuran 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 100 kg KCl + (100–200) kg ABG-Bios, atau sekitar (15–20) gram/tanaman, diberikan (30–35) HST, atau campuran 200 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (100–200) kg ABG-Bios. Pupuk ditempatkan di sekeliling tanaman, dan selanjutnya dilakukan pembumbunan.
c. Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada (10–14) HST, (20-25) HST, (30-35) HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Sedangkan ABG-B, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, diberikan pada 35 HST, 45 HST, 55 HST, 65 HST, dan 75 HST. Untuk mencegah penyakit layu dan mengurangi serangan penyakit lainnya (busuk buah), serta merangsang pertumbuhan akar, berikan ABG-BIO dengan cara melarutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-B, dalam (50–100) liter air, aduk secara merata dan biarkan selama (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman pada perakaran tanaman setiap 2 minggu.
a. Pemupukan dengan ABG-Tablet. Pupuk dasar diberikan (1–3) hari sebelum penanaman. Sekitar (1–7) hari setelah penanaman berikan (2–3) tablet ABG-Tablet/tanaman. Selanjutnya hanya dikombinasikan dengan ABG-D dan ABG-B sebagai pupuk susulan seperti di atas, tanpa menggunakan pupuk lainnya.

4. Pemeliharaan.
Pemeliharaan meliputi penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
• Penyiangan (weeding) dilakukan (2–3) kali dengan menyingkirkan gulma di sekitar daerah perakaran.
• Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai dengan yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.

5. Panen.
• Panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur (110-120) HST.
• Panen kedua dan seterusnya setiap (2-3) hari, dengan jumlah panen bisa mencapai (30-40) kali atau lebih, tergantung pada ketinggian tempat dan cara budidayanya. Setelah pemetikan ke-3, semprotlah dengan ABG-B.
• Buah dipanen tidak terlalu tua ( kemasakan 80-90% ).